Senin, 27 Juli 2020

TUGAS DIRUMAH

Gambarlah alat ukur panjang dan alat ukur masa beserta jelaskan tingkat ketelitiannya?

(dikerjakan didalam buku latihan)

selamat mengerjakan tugas dan jangan lupa sholat wajib dan sunnahnya !!!

OBJEK IPA dan PENGAMATANNYA ( BESARAN POKOK & BESARAN TURUNAN )


NAMA         : SURATUN S.Pd,.

MAPEL       : IPA ( 7)

SEKOLAH : SMP MUHAMMADIYAH 3 BANDAR LAMPUNG

" jika kamu tidak tahan dengan LELAHNYA BELAJAR maka kamu harus tahan dengan perihnya KEBODOHAN" (IMAM SYAFI'I)




Kompetensi Dasar :

3.1. Menerapkan konsep pengukuran berbagai besaran dengan menggunakan satuan standar (baku).

4.1. Menyajikan data hasil pengukuran dengan alat ukur yang sesuai pada diri sendiri, makhluk hidup lain, dan benda-benda di sekitar dengan menggunakan satuan tak baku dan satuan baku.

F. Besaran Pokok dan Besaran Turunan

Berdasarkan jenis satuanya, maka besaran dibedakan menjadi besaran pokok dan besaran turunan.

Besaran pokok

Besaran pokok merupakan besaran yang satuannya telah didefinisikan terlebih dahulu, terdiri atas tujuh besaran.

Berikut ini tujuh besaran pokok besarta satuannya berdasarkan Satuan Internasional (SI).


Besaran turunan

Besaran turunan adalah besaran yang diturunkan dari besaran pokok. Misalnya : Luas adalah besaran yang diturunkan dari besaran pokok panjang, kecepatan adalah besaran yang diturunkan dari besaran pokok panjang dan waktu.

Beberapa contoh besaran turunan yang lain dapat dilihat pada tabel berikut.




G. Satuan Baku dan Tidak Baku

Satuan baku adalah satuan yang telah disepakati pemakaiannya secara internasional atau disebut juga Sistem Internasional (SI).

Syarat satuan baku adalah berlaku internasional, mudah ditiru, dan tidak berubah. Satuan dalam Sistem Internasional dibagi menjadi dua sistem, yaitu sistem MKS (meter – kilogram – sekon) dan sistem CGS (centimeter – gram – sekon).

Satuan tidak baku adalah satuan yang tidak diakui secara internasional, hanya digunakan pada wilayah tertentu saja.

Sebelum ditemukannya alat ukur, maka penduduk pada jaman dahulu menggunakan satuan tidak baku untuk pedoman pengukuran. Contoh satuan tidak baku, antara lain hasta, depa, kaki, lengan, dan tumbak.

H. Alat Ukur

Alat ukur digunakan dalam pengukuran sesuai dengan besaran yang akan diukur. Setiap alat ukur memiliki tingkat ketelian yang berbeda-beda, tergantung pada skala yang ada. Semakin kecil skala yang digunakan, maka alat ukur memiliki tingkat ketelitian yang tinggi.

Penggunaan suatu alat ukur tertentu ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain ketelitian hasil ukur, ukuran besaran yang diukur, dan bentuk benda yang akan diukur.

Berikut ini beberapa alat ukur panjang, massa, dan waktu yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

Alat Ukur Panjang

1. Mistar

2. Jangka Sorong

3. Mikrometer Sekrup


Alat Ukur Massa

1. Neraca O’hauss Tiga Lengan

2. Neraca Digital

3. Neraca Analitis Dua Lengan

4. Neraca Pasar


Alat Ukur Waktu

1. Arloji

2. Stopwatch

3. Jam Matahari




Klik dibawah ini untuk tugas

Selasa, 14 Juli 2020

MATERI KELAS X


MUJAHADAH AN-NAFS
   A.  Pengertian Mujahadah an-nafs 
 Secara bahasa mujahadah artinya bersungguh-sungguh, sedangkan an-nafs artinya jiwa, nafsu, diri.
Jadi mujahadah an-nafs artinya perjuangan sungguh-sungguh melawan hawa nafsu atau bersungguh-sungguh menghindari perbuatan yang melanggar hukum-hukum Allah SWT.
  B.  Macam-macam Nafsu
Menurut Al-Qur’an nafsu dibagi menjadi tiga, yaitu :
1.   Nafsu Ammarah, yaitu nafsu yang mendorong manusia kepada keburukan (QS Yusuf [12] ayat 53)
وَمَا أُبَرِّئُ نَفْسِي إِنَّ النَّفْسَ لَأَمَّارَةٌ بِالسُّوءِ
“ dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan ” (Q.S Yusuf [12] : 53)
2.   Nafsu Lawwamah, yaitu nafsu yang menyesali setiap perbuatan buruk (QS Al-Qiyamah [75] ayat 2)
وَلَا أُقْسِمُ بِالنَّفْسِ اللَّوَّامَةِ
dan aku bersumpah dengan jiwa yang Amat menyesali (dirinya sendiri) “           (Q.S Al-Qiyamah [75] : 2) 

3.    Nafsu Muthmainnah, yaitu nafsu yang tenang (QS Al-Fajr [89] ayat 27-28)

يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ (27) ارْجِعِي إِلَى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَرْضِيَّةً (28)
Hai jiwa yang tenang Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya “ (Q.S Al-Fajr [89] : 27-28) 

  C.  Dalil tentang Mujahadah an-nafs

إِنَّ الَّذِينَ آَمَنُوا وَهَاجَرُوا وَجَاهَدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَالَّذِينَ آَوَوْا وَنَصَرُوا أُولَئِكَ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ وَالَّذِينَ آَمَنُوا وَلَمْ يُهَاجِرُوا مَا لَكُمْ مِنْ وَلَايَتِهِمْ مِنْ شَيْءٍ حَتَّى يُهَاجِرُوا وَإِنِ اسْتَنْصَرُوكُمْ فِي الدِّينِ فَعَلَيْكُمُ النَّصْرُ إِلَّا عَلَى قَوْمٍ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَهُمْ مِيثَاقٌ   وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ (الأنفال : 72)

“ Sesungguuhnya orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad dengan harta dan jiwanya pada jalan Allah dan orang-orang yang memberikan tempat kediaman dan pertolongan (kepada muhajirin), mereka itu satu sama lain saling melindungi. Dan (terhadap) orang-orang yang beriman tetapi belum berhijrah, maka tidak ada kewajiban sedikit pun bagimu melindungi mereka, sampai mereka berhijrah. (tetapi) jika mereka meminta pertolongan kecuali terhadap kaum yang telah terikat perjanjian antara kamu dengan mereka. Dan Allah SWT Maha Melihat apa yang kamu kerjakan “ (Q.S Al-Anfal : 72) 

Isi & Kandungan ayat
·         Jalinan kasih sayang harus senantiasa saling melindungi antar kaum muslim
·         Sesama orang beriman harus saling membantu, menolong dan memperkuat, terutama saat menghadapi musibah dan kesulitan.
·         Perlu kesungguhan bagi setiap muslim untuk bersama-sama memikul beban berat perjuangan.
·         Keberhasilan dan kesusksesan sangat dipengaruhi komitmen yang tinggi, ikhtiar yang sungguh-sungguh dan kebersamaan dalam merasakan suka dan duka
·         Perlunya umat melakukan hijrah di saat menghadapi situasi dan kondisi yang serba tidak menentu. 
·          
Sabda Rasulullah SAW
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : لَيْسَ الشَّدِيدُ بِالصُّرَعَةِ ، إِنَّمَا الشَّدِيدُ الَّذِى يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الْغَضَبِ
“ Rasulullah SAW bersabda : Bukanlah orang kuat itu yang (biasa menang) saat bertarung/bergulat, tetapi orang kuat itu adalah yang (mampu) mengendalikan nafsunya ketika marah “ (H.R Bukhari, Muslim, Ahmad) 

Makna dan kandungan hadits 
·         Pengertian kuat dalam islam bukan yang selalu menang daat bertarung, berkelahi atau bergulat
·         Pentingnya kontrol atau mawas diri ketika meniti kehidupan.
·         Kemenangan dan keberhasilan hanya dapat diraih oleh orang-orang yang mampu mengendalikan dirinya, meredam hawa nafsunya saat marah, dan selalu meningkatkan kesabaran saat ditimpa musibah, masalah, dan duka nestapa.

9 Contoh Kegiatan dalam mempraktekan Mujahadah an-nafs

1. Menunaikan shalat 5 waktu tepat pada waktunya
         2.Menunaikan shalat berjama’ah sesering mungkin
         3.Mendirikan shalat dengan khusyuk
         4.Berbuat baik kepada orang tua, baik yang masih hidup atau sudah meninggal
         5.Menjadi rahmat di lingkungan sosial
         6.Membersihkan hati dari rasa sombong, ria, dendam, dan dengki
         7.Memelihara lisan dari perkataan bohong, guningan, dan berbantah-bantahan.
         8.Membersihkan usaha dan makanan dari yang haram
         9.Bertaubat kepada Allah SWT dengan sebenar-benarnya taubat 

MEMBANGUN BANGSA MELALUI PERILAKU TAAT, KOMPETISI DALAM KEBAIKAN, DAN ETOS KERJA


           MEMBANGUN BANGSA MELALUI PERILAKU TAAT, KOMPETISI DALAM KEBAIKAN, DAN ETOS KERJA

     A.     Pentingnya Taat kepada Aturan

Taat memiliki arti tunduk (kepada Allah Swt., pemerintah, dsb.) tidak berlaku curang, dan atau setia. Aturan adalah tindakan atau perbuatan yang harus dijalankan. Taat pada aturan adalah sikap tunduk kepada tindakan atau perbuatan yang telah dibuat baik oleh Allah Swt., nabi, pemimpin, atau yang lainnya

Asbābu al-Nuzūl atau sebab turunnya ayat ini menurut Ibn Abbas adalah berkenaan dengan Abdullah bin Huzaifah bin Qays as-Samhi ketika Rasulullah saw. mengangkatnya menjadi pemimpin dalam sariyyah (perang yang tidak diikuti oleh Rasulullah saw.). As-Sady berpendapat bahwa ayat ini turun berkenaan dengan Amr bin Yasir dan Khalid bin Walid ketika keduanya diangkat oleh Rasulullah saw. sebagai pemimpin dalam sariyah.
Q.S. an-Nisā/4: 59 memerintahkan kepada kita untuk menaati perintah Allah Swt., perintah Rasulullah saw., dan ulil amri. Tentang pengertian ulil amri, di bawah ini ada beberapa pendapat.

   B.     Kompetisi dalam Kebaikan

Mengapa kita diperintahkan untuk berlomba-lomba dalam kebaikan? Paling tidak ada beberapa alasan, antara lain sebagai berikut.
Pertama, bahwa melakukan kebaikan tidak bisa ditunda-tunda, melainkan harus segera dikerjakan.
Kedua, bahwa untuk berbuat baik hendaknya saling memotivasi dan saling tolong-menolang
Ketiga, bahwa kesigapan melakukan kebaikan harus didukung dengan kesungguhan. Allah Swt.


C. Etos Kerja

Q.S. at-Taubah/9: 105

Menerapkan Perilaku Mulia

Perilaku mulia (ketaatan) yang perlu dilestarikan adalah seperti berikut.
  1. Selalu menaati perintah Allah Swt. dan rasul-Nya, serta meninggalkan larangan-Nya, baik di waktu lapang maupun di waktu sempit.
  2. Merasa menyesal dan takut apabila melakukan perilaku yang dilarang oleh Allah dan rasul-Nya.
 3. Menaati dan menjunjung tinggi aturan-aturan yang telah disepakati, baik di rumah, di sekolah maupun di lingkungan masyarakat.
  4. Menaati pemimpin selagi perintahnya sesuai dengan tuntunan dan syariat agama.
  5. Menolak dengan cara yang baik apabila pemimpin mengajak kepada kemaksiatan.

Perilaku mulia (kompetisi dalam kebaikan) yang perlu dilestarikan adalah seperti berikut.
  1. Meyakini bahwa hidup itu perjuangan dan di dalam perjuangan ada kompetisi.
 2. Berkolaborasi dalam melakukan kompetisi agar pekerjaan menjadi ringan, mudah, dan hasilnya maksimal.
 3. Dalam berkolaborasi, semuanya diniatkan ibadah, semata-mata mengharap riḍa Allah Swt.
4. Selalu melihat sesatu dari sisi positif, tidak memperbesar masalah perbedaan, tetapi mencari titik persamaan.
 5. Ketika mendapatkan keberhasilan, tidak tinggi hati; ketika mendapatkan kekalahan, ia selalu sportif dan berserah diri kepada Allah Swt. (tawakkal).

Perilaku mulia (etos kerja) yang perlu dilestarikan adalah seperti berikut.
 1. Meyakini bahwa dengan kerja keras, pasti ia akan mendapatkan sesuatu yang diinginkan (“man jada wa jada” - Siapa yang giat, pasti dapat).
 2. Melakukan sesuatu dengan prinsip: “Mulai dari diri sendiri, mulai dari yang terkecil, dan mulai dari sekarang.”
 3. Pantang menyerah dalam melakukan suatu pekerjaan.

Pertemuan Pertama





      NAMA      : AKROMAL UMAM, S.Pd.I
      MAPEL    : PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
      ALAMAT : PASAR BARU LABUHAN MARINGGAI















A.      Kompetensi Inti
·         KI-1:Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
·         KI-2: Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, santun, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), bertanggung jawab, responsif, dan pro-aktif dalam berinteraksi secara efektif sesuai dengan perkembangan anak di lingkungan, keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, kawasan regional, dan kawasan internasional”.
·         KI 3: Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah
·         KI4: Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan

B.      Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi
Kompetensi Dasar
Indikator
1.1      Terbiasa membaca al-Qur’an dengan meyakini bahwa taat pada aturan, kompetisi dalam kebaikan, dan etos kerja sebagai perintah agama
·        Terbiasa membaca al-Qur’an dengan meyakini bahwa taat pada aturan, kompetisi dalam kebaikan, dan etos kerja sebagai perintah agama
2.1      Bersikap taat aturan, tanggung jawab, kompetitif dalam kebaikan dan kerja keras sebagai implementa-si dari pemahaman Q.S. al Maidah/5: 48; Q.S. an-Nisa/4: 59; dan Q.S. at-Taubah /9: 105 serta Hadis yang terkait
·        Bersikap taat aturan, tanggung jawab, kompetitif dalam kebaikan dan kerja keras sebagai implementa-si dari pemahaman Q.S. al Maidah/5: 48; Q.S. an-Nisa/4: 59; dan Q.S. at-Taubah /9: 105 serta Hadis yang terkait




A.      Tujuan Pembelajaran
        Setelah mengikuti proses pembelajaran, peserta didik diharapkan dapat:
      1. Terbiasa membaca al-Qur’an dengan meyakini bahwa taat pada aturan, kompetisi dalam kebaikan, dan etos kerja sebagai perintah agama
·                  2. Bersikap taat aturan, tanggung jawab, kompetitif dalam kebaikan dan kerja keras sebagai implementa-si dari                       pemahaman Q.S. al Maidah/5: 48; Q.S. an-Nisa/4: 59; dan Q.S. at-Taubah /9: 105 serta Hadis yang terkait
              3.  Membaca Q.S. an-Nisā'/4: 59, Q.S. al-Māidah/5: 48, Q.S. at-Taubah/9: 105 sesuai dengan kaidah tajwĩd dan                       makhrajul h

B.      Materi Pembelajaran
v Q.S. al Maidah/5: 48;Q.S. an-Nisa/4: 59; dan Q.S. at Taubah /9: 105.
·         Model-model jenis cara membaca indah Q.S. an-Nisā'/4: 59, Q.S. al-Māidah/5: 48, dan Q.S. at-Taubah/9: 105 sesuai dengan kaidah tajwĩd dan makhrajul huruf.
·         Makna isi Q.S. an-Nisā'/4: 59, Q.S. al-Māidah/5: 48, dan Q.S. at-Taubah/9: 105 sesuai dengan kaidah tajwĩd dan makhrajul huruf; dengan menggunakan ICT.
·         Makna hadis yang berkaitan dengan taat, kompetisi dalam kebaikan, dan etos kerja.
·         Asbabunnuzul, hikmah dan manfaat yang terkandung pada Q.S. al Maidah/5: 48;Q.S. an-Nisa/4: 59; dan Q.S. at Taubah /9: 105 serta hadis terkait


klik dibawah ini untuk melihat materi pertama
https://akromalumam.blogspot.com/2020/07/membangun-bangsa-melalui-perilaku-taat.html